Jumat, 31 Mei 2013

ASAM AMINO DAN PROTEIN


TUGAS ESSAY KIMIA ORGANIK

 "ASAM AMINO DAN PROTEIN" 


1. Bagaimanakah cara mengidentifikasi adanya protein dalam bahan makanan?
2. Apakah yang dimaksud glikoprotein? Berikan contohnya!
3. Apakah yang dimaksud denaturasi protein? Sebutkan hal-hal yang menyebabkan terjadinya denaturasi protein!
4. Mengapa protein yang mengalami denaturasi menjadi kehilangan fungsi biologisnya? 
5. Apakah urea CO(NH2)2 menunjukkan uji yang positif terhadap uji biuret?
6. Apakah yang dimaksud struktur kuarterner protein?
7. Suatu sampel ditetesi larutan NaOH, kemudian larutan tembaga(II) sulfat yang encer menghasilkan warna ungu. Bila sampel dipanaskan dengan HNO3 pekat kemudian dibuat alkalis dengan NaOH terjadi warna jingga. Apakah yang dapat anda simpulkan dari uji di atas?
8. Suatu sampel memberi hasil yang positif terhadap uji ninhidrin dan biuret tetapi negatif terhadap penambahan larutan NaOH dan Pb(NO3)2. Kesimpulan apakah yang dapat diperoleh dari fakta tersebut? 
9. Apakah yang dimaksud dengan enzim? Berikan contohnya! 
10. Bila 20 molekul glisin berpolimerisasi membentuk polipeptida. Berapakah massa molekul relatif polipeptida yang terbentuk? Ar H = 1, C = 12, N = 14, O = 16). 

THE ANSWER :

 1. Cara mengidentifikasi adanya protein dalam bahan makanan dapat melalui 4 uji protein yaitu :
  •  Uji Biuret
 Uji biuret adalah salah satu cara pengujian yang memberikan hasil positif pada senyawa-senyawa yang memiliki ikatan peptida. Oleh karena itu, uji Biuret ini sering digunakan untuk menunjukkan adanya senyawa protein. Pengujiannya dapat dilakukan dengan cara berikut. Larutan yang mengandung protein ditetesi larutan NaOH, kemudian diberi beberapa tetes larutan CuSO4 encer. Terbentuknya warna ungu, menunjukkan hasil positif adanya protein.
 
  •  Uji Xantoprotein
 Pengujian ini memberikan hasil positif terhadap asam amino yang mengandung cincin benzena, seperti fenilalanin, tirosin, dan triptofan. Cara pengujiannya sebagai berikut. Ke dalam protein ini ditambahkan asam nitrat pekat sehingga terbentuk endapan putih karena terjadi proses nitrasi terhadap cincin benzena. Jika dipanaskan, warna putih tersebut akan berubah menjadi kuning.
  •  Uji Millon 
Pengujian ini memberikan hasil positif terhada protein yang mengandung asam amino yang memiliki gugus fenol, misalnya tirosin. Pereaksi Millon terdiri atasa larutan merkuro nitrat dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Protein dengan pereaksi Millon akan membentuk endapan putih. Jika dipanaskan, warnanya berubah menjadi merah. Adanya ion NH4+ dapat mengganggu uji ini sehingga tidak dapat digunakan untuk menganalisis urine.
  •  Uji Belerang
 Uji belerang ini memberikan hasil positif terhadap protein yang mengandung asam amino yang memiliki gugus belerang, seperti sistein, sistin, dan metionin. Cara pengujiannya sebagai berikut. Larutan protein dan larutan NaOH pekat dipanaskan, kemudian ditambahkan larutan timbal asetat. Jika protein tersebut mengandung belerang, akan terbentuk endapan hitam timbel sulfida (PbS).

 2. Glikoprotein  adalah suatu protein yang mengandung rantai oligosakarida yang mengikat glikan  dengan ikatan kovalen pada rantai polipeptida bagian samping. Struktur ini memainkan beberapa peran penting di antaranya dalam proses proteksi imunologis, pembekuan darah, pengenalan sel-sel, serta interaksi dengan bahan kimia lain.
 Contonya :
  • Salah satu bentuk dari hal ini adalah imunoglobulin atau antibodi dan reaksi mereka dengan antigen. Karena bagaimana Glikoprotein dapat membantu sistem kekebalan tubuh, penelitian telah dilakukan untuk melihat apakah beberapa dari mereka dapat digunakan secara efektif untuk vaksin dan melawan Herpes kelamin. Hasil penelitian menunjukkan hasil yang bervariasi. Studi klinis berlangsung di Universitas Texas di Galveston di Departemen of Pediatrics dan Sealy Pusat Pengembangan Vaksin. Glikoprotein ditemukan telah efektif dengan beberapa pasien wanita dan tidak dengan pria.
  •  Major histocompatibility complex (MHC). Glikoprotein ini berinteraksi dengan sel T (jenis sel darah putih) yang memerangi penyakit dalam tubuh. 
  •  Glikoprotein juga ditemukan di zona pelusida. Ini adalah membran yang mengelilingi membran plasma oosit yang memainkan bagian dalam sistem reproduksi wanita. 
  •  Glikoprotein juga ditemukan dalam jaringan ikat, yang membuatnya berguna dalam pengobatan arthritis. 
  •  Ada juga Glikoprotein larut; contoh ini adalah putih telur dan plasma darah. 
  • Glikoprotein juga dapat ditemukan di sejumlah hormon dalam tubuh, salah satunya adalah hormon yang membantu mengatur kelenjar tiroid.
  • Proteoglikan adalah bentuk Glikoprotein. Contoh dari ini adalah Chondroitin sulfat. Chondroitin sulfat adalah Glikoprotein terdiri dari Glyconutrient N-asetilgalaktosamin dan asam Glucuronic; digunakan dalam hubungannya dengan Glukosamin sebagai pengobatan untuk Osteoarthritis. Chondroitin sulfat ditemukan dalam tulang rawan dan merupakan bahan yang diperlukan untuk memberikan perlawanan di tulang rawan. Inilah sebabnya mengapa telah terbukti berguna untuk pasien arthritis. 
3. Denaturasi protein merupakan suatu proses dimana terjadi perubahan atau modifikasi terhadap konformasi protein, lebih tepatnya terjadi pada struktur tersier maupun kuartener dari protein. Denaturasi protein adalah berubahnya struktur protein dari struktur asalnya atau struktur alaminya.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya denaturasi protein yaitu suhu tinggi, perubahan pH yang ekstrim, pelarut organik, zat kimia tertentu (urea dan detergen), atau pengaruh mekanik (guncangan).

 4. Protein didenaturasi dapat menunjukkan berbagai karakteristik, dari hilangnya kelarutan untuk agregasi komunal. agregasi Komunal adalah fenomena agregasi protein hidrofobik untuk datang mendekat dan membentuk ikatan antara mereka, sehingga mengurangi luas areal terkena air. Kebanyakan protein biologis kehilangan fungsi biologisnya ketika didenaturasi. 
Sebagai contoh, enzim kehilangan sifatnya, karena mengikat substrat tidak bisa lagi ke situs aktif, dan karena residu asam amino yang terlibat dalam menstabilkan keadaan transisi substrat 'tidak lagi diposisikan untuk dapat melakukannya. pada proses denaturasi, protein kehilangan fungsi biologisnya karena pengaruh dari suhu tinggi misalnya telur ketika dimasak berubah menjadi padat.

 5. Ya,
 Larutan protein dibuat alkalis dengan Na OH kemudian ditambahkan larutan Cupri Sulfat ( Cu SO4) encer. Uji ini untuk menunjukkan adanya senyawa-senyawa yang mengandung gugus amida asam (-CONH2) yang berada bersama gugus amida asam yang lain atau gugus yang lain seperti : -CSNH2, -C(NH)NH2, -CH2NH2, -CRHNH2, -CHOHCH2NH2, -CHOHCH2NH2, -CHNH2CH2OH, -CHNH2CHOH. Dengan demikian uji Biuret tidak hanya untuk protein tetapi zat lain seperti Biuret atau malonamida juga memberikan reaksi positif yaitu ditandai dengan timbulnya warna merah-violet atau biru-violet.

 6. Struktur kuartener protein merupakan struktur protein tingkat empat yang dapat dibentuk melalui gabungan beberapa molekul protein dapat berinteraksi secara fisik tanpa ikatan kovalen membentuk oligomer yang stabil. Contoh struktur kuartener yang terkenal adalah enzim Rubisco dan insulin. 

7. Yang dapat disimpulkan ialah dalam sample tersebut terdapat protein yang ditandai dengan terbentuknya warna ungu yang menunjukkan hasil positif dari protein dengan uji biuret. Sample tersebut mengndung protein melalui uji xantoprotein yang memberikan hasil positif terhadap asam amino yang mengandung cincin benzena.

 8. Pada sample terbukti terdapat protein, dengan adanya asam amino bebas dari uji ninhidrin (+) dan adanya ikatan peptida dari uji biuret (+). Tetapi sample tidak mengandung PbS karena uji Belerang yang negatif (-) karena tidak terbentuk endapan hitam PbS. 

9. Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di dalam protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan dengan protein. Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik. Contohnya : amilase, lipase, protease dll. 

10.Glycine
 
Massa molekul glycine = 75 g/mol --->> 1 molekul jadi jika 20 molekul glycine berpolimerisasi maka, 20 molekul x 75 g/mol = 1500 g/mol. massa molekul relatif polipeptida yang terbentuk ialah 1500 g/mol.





 THE END

Rabu, 20 Maret 2013

Gula Sebelum dan Sesudah Inversi

Kadar Gula Sebelum Dan Sesudah Inversi (Penentuan Gula Total dan Gula Reduksi) 

Gula total merupakan campuran gula reduksi dan non reduksi yang merupakan hasil hidrolisa pati. Semua monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa berperan sebagai agensia pereduksi dan karenanya dikenal sebagai gula reduksi. Kemampuan senyawa gula mereduksi agensia pengoksidasi mendasari pelbagai cara pengujian untuk glukosa dan gula-gula reduksi lainnya.  Salah satu cara untuk menentukan gula reduksi dan gula total yaitu dengan metode Nelson-Somogy.



Penentuan gula total dapat ditentukan dengan metode nelson-somogy setelah menghidrolisa ikatan glikosidik dengan asam klorida (suhu 70oC) atau dengan asam kuat suhu tinggi (pemanasan), kemudian larutan sampel yang sudah dinetralkan kembali dianalisis dengan menggunakan reagen Nelson-Somogyi. Jadi, untuk gula total dilakukan hidrolisis terlebih dahulu. Bila bahan hanya mengandung gula pereduksi, maka tidak perlu dilakukan hidrolisis, tetapi dapat langsung dilakukan perhitungan. Sedangkan untuk gula nonpereduksi, gula diubah terlebih dahulu ke dalam bentuk gula pereduksi. Jika terdapat bahan non gula, seperti pati atau karbohidrat lainnya, maka bahan-bahan tersebut harus dihilangkan terlebih dahulu.
Penentuan gula reduksi menggunakan oksidasi dengan cupri dapat menggunakan metode Nelson-Somogy, dengan prinsip bahwa cuprioksida akan bereaksi menjadi cuprooksida karena adanya gula reduksi (endapan merah bata). Jumlah endapan cuprooksida sebanding dengan jumlah gula reduksi. Sifat pereduksi dari senyawa karena adanya gugus aldehid dan keton bebas dapat mereduksi ion-ion logam seperti tembaga (Cu), perak (Ag) dalam larutan basa dengan menggunakan 2 macam reagen Nelson, yang merupakan campuran dari Nelson A (25) dan Nelson B (1). Nelson A merupakan campuran Na2CO3 anhidrat, Na2SO4, K-Na Tartarat dan Na-bikarbonat. Nelson B merupakan campuran CuSO4 dan H2SO4.

Pada kedua macam reagen tersebut yang berfungsi sebagai oksidator adalah cupri oksida yang dengan gula reduksi akan mengalami reduksi menjadi cupro oksida dan mengendap berwarna merah bata.  Cupro oksida kemudian direaksikan dengan arsenomolibdat sehingga membentuk molibdenum yang berwarna biru. Intensitas warna biru diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm. Untuk mengetahui kadar gula reduksi dalam sampel perlu dibuat kurva standar yang menggambarkan hubungan antara konsentrasi gula reduksi dengan OD.
Penentuan gula reduksi dengan menggunakan metode Nelson Somogy dilakukan untuk bahan yang kandungan gula reduksinya sangat sedikit, hal tersebut karena metode Nelson Somogy sangat peka terhadap konsentrasi karbohidrat yang rendah pada bahan.
Selain menggunakan metode Nelson-Somogy penentuan gula reduksi dan gula total dalam larutan yang sering digunakan antara lain :

Cara Munson –Walker
Penentuan gula cara ini adalah dengan menentukan banyaknya kuprooksida yang terbentuk dengan cara penimbangan atau dengan melarutkan kembali dengan asam nitrat kemudian menitrasi dengan tiosulfat. Jumlah kupro oksida yang terbentuk ekuivalen dengan banyaknya gula reduksi yang ada dalam larutan.

Cara Lane – Eynon
Penentuan gula cara ini adalah dengan cara menitrasi reagen Soxhlet (larutan CuSO4, K-Na-tartrat) dengan larutan gula yang diselidiki. Banyaknya larutan yang dibutuhkan untuk menitrasi reagen soxhlet perlu distandarisasi dengan larutan standar. Pada titrasi reagen soxhlet dengan larutan gula akan berakhir apabila warna larutan berubah dari biru menjadi tak berwarna. Indikator yang digunakan pada cara ini adalah metilen biru.

Cara Luff Schoorl
Pada penentuan gula cara ini, yang ditentukan bukannya kupro oksida yang mengendap tetapi dengan menentukan kupri oksida dalam larutan sebelum direaksikan dengan gula reduksi (titrasi blanko) dan sesudah direaksikan dengan sampel gula reduksi (titrasi sampel). Penentuannya dengan titrasi menggunakan Na-Tiosulfat. Selisih titrasi blanko dengan titrasi sampel ekuivalen dengan kupro oksida yang terbentuk dan juga ekuivalen dengan jumlah gula reduksi yang ada dalam bahan atau larutan.

Sumber: http://aslilah.blogspot.com/2013/02/penentuan-gula-total-dan-gula-reduksi.html

Jumat, 08 Maret 2013

ANALISA KARBOHIDRAT

UJI FEHLING ( Sifat Kimia mereduksi )
     Metode pratikum karbohidrat uji fehling yaitu dengan langkah antara lain yaitu menyiapkan 7 tabung reaksi, berturut – turut diisi 10 tetes larutan laktosa, sukrosa, glukosa, fruktosa, kanji, madu, dan sirup 2%, menambahkan 5 tetes fehling A dan 5 tetes fehling B pada masing – masing tabung reaksi, selanjutnya digojog, menempatkan tabung reaksi tersebut dalam penangas air mendidih selama 10 menit, kemudian amati dan catat perubahan yang terjadi pada lembar pengamatan. Uji positif jika terbentuk endapan merah bata.

     Uji Fehling bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aldehid. Reagent yang digunakan dalam pengujian ini adalah Fehling A (CuSO4) dan Fehling B (NaOH dan KNa tartarat).Reaksi yang

terjadi dalam uji fehling adalah :Pemanasan dalam reaksi ini bertujuan agar gugus aldehida pada sampel terbongkar ikatannya dan dapat bereaksi dengan ion OH- membentuk asam karboksilat. Cu2O (endapan merah bata) yang terbentuk merupakan hasil sampingan dari reaksi pembentukan asam karboksilat.

      Pereaksi Fehling Pereaksi ini dapat direduksi oleh selain karbohidrat yang mempunyai sifat mereduksijuga dapat direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi Fehling terdiri dari dua larutan yaitu Fehling A dan Fehling B. Larutan Fehling A adalah CuSO4 dalam air, sedangkan Fehling B adalah larutan garam KNatrat dan NaOH dalam air. Kedua macam larutan ini disimpan terpisah dan baru dicampur menjelang digunakan untuk memeriksa suatu karbohidrat. Dalam pereaksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan menjadi CuO2. Fehling B berfungsi mencegah Cu2+ mengendap dalam suasana

UJI TOLLENS

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
     Aldehid dan keton merupakan dua dari sekian banyak contoh kelompok senyawa organik yang mengandung gugus karbonil. Aldehid itu sendiri merupakan salah satu senyawa karbon yang mengandung gugus karbonil (-CO-), dimana satu tangan mengikat gugus alkil dan tangan yang lain mengikat atom hidrogen. Sedangkan keton hampir sama dengan aldehid, hanya saja pada keton kedua tangan atom karbon mengikat gugus alkil.

Struktur umum aldehid yaitu R-CHO.Struktur umum keton yaitu R-CO-R’.
Aldehid dan keton banyak terdapat dalam sistem makhluk hidup.Seperti gula ribosa dan hormon progesteron merupakan contoh dari aldehid dan keton. Aldehid dan keton mempunyai bau yang khas, yang pada umumnya aldehid berbau merangsang sedangkan keton berbau harum.
Aldehid dan keton menyumbangkan manfaat yang cukup besar dalam kehidupan. Salah stu contohnya yaitu metanal yang merupakan contoh dari senyawa aldehid. Metanal ini lebih dikenal dengan nama formaldehida. Larutan formaldehida 40% digunakan sebagai antiseptik atau yang dikenal dengan sebutan formalin. Sedangkan pada keton yang pailing banyak dikenal yaitu aseton yang digunakan sebagai pelarut dan pembersih kaca. Oleh karena banyak manfaatnya maka kita harus mampu membedakan mana senyawa keton dan senyawa aldehid agar tidak terjadi kekeliruan dalam pemanfaatannya.

B. Tujuan
Membedakan senyawa aldehid dan keton dengan menggunakan “Uji Tollen“

II. TINJAUAN PUSTAKA

     Aldehid dan keton bereaksi dengan berbagai senyawa, tetapi pada umumnya aldehid lebih reaktif dibanding keton. Kimiawan memanfaatkan kemudahan oksidasi aldehid dengan mengembangkan beberapa uji untuk mendeteksi gugus fungsi ini (Willbraham, 1992).

     Uji Tollens merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan mana yang termasuk senyawa aldehid dan mana yang termasuk senyawa keton. Selain dengan menggunakan Uji Tollen untuk membedakan senyawa aldehid dan keton dapat juga menggunakan Uji Fehling dan Uji Benedict.
Aldehid lebih mudah dioksidasi dibanding keton. Oksidasi aldehid menghasilkan asam dengan jumlah atom karbon yang sama ( Hart, 1990). Hampir setiap reagensia yang mengoksidasi alkohol juga dapat mengoksidasi suatu aldehid.

      Pereaksi tollens, pengoksidasi ringan yang digunakan dalam uji ini, adalah larutan basa dari perak nitrat. Larutannya jernih dan tidak berwarna. Untuk mencegah pengendapan ion perak sebagi oksida pada suhu tinggi, maka ditambahkan beberapa tetes larutan amonia. Amonia membentuk kompleks larut air dengan ion perak (Willbraham,1992).

       Pereaksi Tollens sering disebut sebagai perak amoniakal, merupakan campuran dari AgNO3 dan amonia berlebihan. Gugus aktif pada pereaksi tollens adalh Ag2O yang bila tereduksi akan menghasilakan endapan perak. Endapan perak ini akan menempel pada tabung reaksi yang akn menjadi cermin perak. Oleh karena itu Pereaksi Tollens sering juga disebut pereaksi cermin perak (Sudarmo, 2006).

        Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam reagensia Tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positf ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi.Reaksi dengan pereaksi Tollens mampu mengubah ikatan C-H pada aldehid menjadi ikatan C-O. Alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton selanjutnya keton tidak dapat dioksidasi lagi dengan menggunakan pereaksi Tollens. Hal ini disebabkan karena keton tidak mempunyai atom hidrogen yang menempel pada atom karbon karbonil. Keton hanya dapat dioksidasi dengan keadaan reaksi yang lebih keras dibandingkan dengan aldehid. Ikatan antara karbon karbonil dan salah satu karbonnya putus, memberikan hasil-hasil oksidasidengan jumlah atom karbon yang lebih sedikit daripada bahan keton asalnya. Kekecualian adalah dalam oksidasi keton siklik, karena jumlah atom karbonnya tetap sama. Misalnya, sikloheksanon dioksidasi secar besar-besaran menjadi asam dipat, bahan kimia pentinh dalam pembuatan Nylon.


III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
· Pipet tetes
· Tabung reaksi
· Alat pemanas air
B. Bahan
· Larutan 10% NaOH
· Larutan 10% Ag NO3
· NH4OH
· Aquades
· Etanol 95%
· Asetaldehid
· Glukosa
· Aseton
· Fruktosa
· Air mendidih

IV. METODE KERJA
Ø Menambahkan 20 tetes larutan 10% NaOH ke dalam 20 tetes larutan 10% AgNO3.
Ø Kemudian menambahkan NH4OH tetes demi tetes sampai endapannya hilang. Maka inilah yang disebut dengan pereaksi tollens.
Ø Melarutkan satu tetes sampel cair atau satu spatula sampel dalam sedikit air atau etanol 95%. Sampel yang digunakan abtara lain :
· Asetaldehid
· Aseton
· Glukosa
· Fruktosa
Ø Menambahkan sampel tetes demi tetes ke dalam pereaksi Tollens sambil mengocok-ngocoknya kemudian mengamati endapan Ag yang terbentuk.
Ø Memanaskan tabung reaksi dalam air yang mendidih.
Ø Mengamati hasil atau perubahan yang terjadi.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Larutan Warna Endapan
A 10% AgNO3 + 10% NaOH Keruh Ada
B Larutan A + NH4OH Bening Tidak ada
C Asetaldehid (sampel) + air Bening Tidak ada
D Larutan B + Larutan C Keruh Ada
E Larutan D dipanaskan Agak keruh (abu-abu), ada cermin perak pada dinding tabung reaksi Ada gelap
F Aseton (sampel) + air Bening Tidak ada
G Larutan B + Larutan F Bening Tidak ada
H Larutan G dipanaskan Keruh coklat kehitaman Tidak terbentuk cermin perak melainkan warna kehitaman
I Glukosa (sampel) + air Bening Tidak ada
J Larutan B + Larutan I Agak keruh Ada
K Larutan J dipanaskan Keruh abu-abu Ada endapan dan cermin perak
L Fructosa (sampel) + air Bening Tidak ada
M Larutan B + Larutan L Keruh coklat kehitaman Ada
N Larutan M dipanaskan Keruh coklat Ada endapan warna perak

B. Pembahasan
       Hal yang membedakan Aldehid dengan keton yaitu kemampuan kedua senyawa ini apabila dioksidasi. Aldehid hádala larutan yang mudah sekali dioksidasi dengan menggunaknan Uji Tollens, sedangkan Keton tidak. Sifat inilah yang dimanfaatkan untuk dapat membedakan Aldehid dengan Keton. Apabila statu sampel direaksikan dengan pereaksi tollens kemudian dipanaskan dan muncul endapan cermin perak pada dinding tabung reaksi maka dapat dikatakan bahwa sampel itu merupakan salah satu dari senyawa aldehid.

       Pada praktikum kali ini menggunakan empat jenis sampel yang diuji apakah dia termasuk ke dalam senyawa aldehid atau senyawa keton. Sampel-sampel tersebut antara lain asetaldehid, aseton, glucosa, dan fructosa.
      
      Pada percobaan terhadap asetaldehid mula-mula ditambah dengan air, warnanya tetap bening dan tidak ada endapan sama sekali pada dasar tabung reaksinya. Kemudian ditambahkan dengan pereaksi tollens, maka terjadi perubahan. Warna larutan menjadi keruh dan munculnya endapan. Lalu larutan ini dipanaskan, dan terjadi perubahan yaitu warna larutan agak keruh abu-abu dan timbal cermin perak pada dinding tabung. Warna larutan berubah menjadi gelap. Dengan munculnya cermin perak pada dinding tabung reaksi pada percobaan kali ini maka dapat dinyatakan bahwa asetaldehid merupakan salah satu contoh dari senyawa aldehid.

       Selanjutnya menggunakan sampel kedua yaitu aseton. Aseton ditambahkan dengan air, warna bening dan tidak terbentuk endapan. Kemudian ditambahkan pereaksi tollens, tidak terjadi perubahan. Warna tetap bening dan tidak terbentuk endapan. Kemudian larutan ini dipanaskan, warna larutan menjadi keruh coklat kehitaman dan tidak terbentuk cermin perak melainkan terbentuk endapan warna kehitaman. Dari pengamatan ini dapat dinyatakan bahwa aseton bukan merupakan salah satu senyawa aldehid, tetapi aseton merupakan senyawa keton.

        Sampel berikutnya yaitu glucosa. Telah diketahui bahwa glukosa merupakan salah satu karbohidrat monosakarida yang merupakan sumber energi bagi makhluk hidup. Glukosa pada praktikum kali ini ditambahkan dengan air, warna bening dan tidak terbentuk endapan. Kemudian glukosa ditambahkan dengan pereaksi tollens, terjadi perubahan yaitu pada warna menjadi agak keruh dan ada endapannya. Kemudian larutan ini dipanaskan dan warna berubah menjadi keruh abu-abu, dan terbentuknya endapan cermin perak pada dinidng tabung reaksi. Terdapatnya cermin perak ini membuktikan bahwa glukosa merupakan salah satu dari senyawa aldehid.

        Sampel tang terakhir yaitu fruktosa. Sama dengan glukosa, fruktosa juga merupakan salah satu jenis karbohidrat monosakarida. Apabila fruktosa ditambahkan dengan air warna yang terjadi tetap bening dan tidak ada endapan. Kemudian ditambahkan dengan pereaksi tollens maka warna berubah menjadi keruh coklat kehitaman dan terdapat endapan. Kemudian larutan ini dipanaskan maka warna menjadi keruh coklat dan terbentuklah endapan cermin perak pada dinding tabung reaksi. Jadi sama seperti glukosa, fruktosa juga merupakan salah satu senyawa aldehid.

        Dari keempat sampel yang digunakan, yang bukan senyawa aldehid melainkan keton adalah Aseton. Ketiga larutan yaitu asetaldehid, glukosa, dan fruktosa termasuk ke dalam senyawa aldehid. Aseton tidak dapat membentuk cerminperak karena aseton tidak mempunyai atom hidrogen yang terikat pada gugus karbon. Kedua tangan gugus karbonnya sudah mengikat dua gugus alkil sehingga aseton tidak mengalami oksidasi ketika ditambah pereaksi tollens dan dipanaskan. Pada asetaldehid, glukosa dan fruktosa oksidasi terjadi denagn mudah karena ketiganya lebih reaktif.

VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan menggunakan uji tollens ternyata mudah untuk membedakan mana senyawa aldehid dan keton. Suatu sampel dapat dikatakan sebagai aldehid apabila direaksikan dengan pereaksi tollens kemudian dipanaskan akan terbentuk cermin perak pada dinding tabung reaksinya. Sedangkan sampel dapat dikatakan bahwa ia merupakn senyawa keton apabila terjadi reaksi negatif pada saat ditambah pereaksi tollens dan dipanaskan. Sampel ini tidak akan menunjukkan adanya cerminperak pada dinidng tabung.

B. Saran
Dalam percobaan-percobaan berikutnya sebaiknya menggunakan sampel lain yang lebih berbeda. Praktikan sebaiknya dapat mendeskripsikan hasil perubahan ynag terjadi dari percobaan secara lebih jales lagi.

UJI IODIUM

Karbohidrat golongan polisakarida akan memberikan reaksi dengan larutan iodin dan memberikan warna spesifik bergantung pada jenis karbohidratnya. Amilosa dengan iodin akan berwarna biru; Amilopektin dengan iodin akan berwarna merah violet; glikogen maupun dekxtrin dengan iodin akan berwarna merah coklat.

Gula Sebelum dan Sesudah Invert
Gula
      Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan oligosakarida, polimer dengan derajat polimerisasi 2-10 dan biasanya bersifat larut dalam air yang terdiri dari dua molekul yaitu glukosa dan fruktosa. Gula memberikan flavor dan warna melalui reaksi browning secara non enzimatis pada berbagai jenis makanan. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Dalam industri pangan, sukrosa diperoleh dari bit atau tebu (Winarno 1997).

Gula Invert
      Gula invert adalah Sebuah campuran bagian yang sama dari glukosa dan fruktosa yang dihasilkan dari hidrolisis sukrosa. Hal ini ditemukan secara alami dalam buah-buahan dan madu dan diproduksi secara buatan untuk digunakan dalam industri makanan. Dibandingkan dengan prekursor, sukrosa, gula invert lebih manis dan produk-produknya cenderung tetap lembab dan kurang rentan terhadap kristalisasi. Oleh karena itu dipakai oleh tukang roti , yang mengacu pada sirup sebagai atau sirup invert trimoline.

      Campuran glukosa dan fruktosa yang diproduksi oleh hidrolisis sukrosa, 1,3 kali lebih manis daripada sukrosa. Disebut demikian karena aktivitas optik terbalik dalam proses. Hal ini penting dalam pembuatan kembang gula, dan terutama permen direbus , sejak kehadiran 10-15% gula invert maka dapat mencegah kristalisasi sukrosa.

       Dalam istilah teknis, sukrosa adalah disakarida , yang berarti bahwa itu adalah molekul yang berasal dari dua gula sederhana monosakarida. Dalam kasus sukrosa, monosakarida blok bangunan ini adalah fruktosa dan glukosa. Pemecahan sukrosa adalah reaksi hidrolisis . hidrolisis dapat diinduksi hanya dengan pemanasan larutan sukrosa, tetapi lebih umum, katalis ditambahkan untuk mempercepat konversi. Secara biologis katalis yang ditambahkan disebut sucrases (pada hewan) dan invertases (pada tumbuhan). Sucrases dan invertases adalah jenis hidrolase glikosida enzim. Acid , seperti terjadi di jus lemon atau cream of tartar , juga mempercepat konversi sukrosa untuk membalikkan.

        Gula invert dibuat dengan menggabungkan suatu sirup gula dengan sedikit asam (seperti cream of tartar atau jus lemon) dan pemanasan. Ini membalik, atau rusak, maka sukrosa menjadi dua komponen, glukosa dan fruktosa , sehingga mengurangi ukuran kristal gula. Karena struktur kristal halus, gula inversi menghasilkan produk yang lebih halus dan digunakan dalam membuat permen seperti fondant , dan beberapa sirup. Proses pembuatan selai dan jeli otomatis menghasilkan invert gula dengan menggabungkan asam alami dalam buah dengan gula pasir dan pemanasan campuran. Invert sugar can usually be found in jars in cake-decorating supply shops. Gula invert biasanya dapat ditemukan dalam stoples di toko-toko pasokan kue-dekorasi.

         Dalam istilah teknis, sukrosa adalah disakarida, yang berarti bahwa itu adalah molekul yang berasal dari dua gula sederhana monosakarida. Dalam kasus sukrosa, monosakarida blok bangunan ini adalah fruktosa dan glukosa. The hidrolisis dapat diinduksi hanya dengan pemanasan larutan sukrosa, tetapi lebih umum, katalis ditambahkan untuk mempercepat konversi. Secara biologis katalis yang ditambahkan disebut sucrases (pada hewan) dan invertases (pada tumbuhan). Sucrases dan invertases adalah jenis hidrolase glikosida enzim. Acid , seperti terjadi di jus lemon atau cream of tartar , juga mempercepat konversi sukrosa untuk membalikkan.

Reaksi kimia inversi

Istilah ' invert ' berasal dari metode pengukuran konsentrasi sirup gula dengan menggunakan polarimeter . Plane terpolarisasi cahaya , ketika melewati sebuah sampel larutan sukrosa murni, diputar ke (kanan rotasi optik ). Sebagai solusinya adalah diubah menjadi campuran sukrosa, fruktosa dan glukosa, jumlah rotasi berkurang sampai (dalam larutan sepenuhnya dikonversi) arah putaran telah diubah (terbalik) dari kanan ke kiri.

C 12 H 22 O 11 (sucrose, Specific rotation = +66.5°) + H 2 O ( water , no rotation) → C 6 H 12 O 6 (glucose, Specific rotation = +52.7°) + C 6 H 12 O 6 (fructose, Specific rotation = -92°) C 12 H 22 O 11 (sukrosa, rotasi Tertentu = 66,5 °) + H 2 O ( air , tidak ada rotasi) → C 6 H 12 O 6 (glukosa, rotasi Tertentu = 52,7 °) + C 6 H 12 O 6 (fruktosa, rotasi Tertentu = -92 °)
net: +66.5° converts to -39° bersih: 66,5 ° mengkonversi ke -39 °

      Hidrolisis adalah reaksi kimia di mana molekul rusak dengan penambahan air. Hidrolisis sukrosa menghasilkan glukosa dan fruktosa sekitar 85%, suhu reaksi dapat dipertahankan pada 50-60 ° C (122-140 ° F).
     
      Sirup gula Inverted dapat dengan mudah dibuat dengan menambahkan sekitar satu gram asam sitrat atau asam askorbat , per kilogram gula. Cream of tartar (satu gram per kilogram) atau segar lemon jus (10 mililiter per kilogram) juga dapat digunakan.

      Campuran direbus selama 20 menit, dan akan mengkonversi cukup dari sukrosa untuk secara efektif mencegah kristalisasi, tanpa memberikan rasa terasa asam. Balikkan sirup gula juga dapat dihasilkan tanpa menggunakan asam atau enzim dengan cara termal saja: dua bagian pasir sukrosa dan satu bagian air direbus selama lima sampai tujuh menit akan mengkonversi sebagian sederhana untuk membalikkan gula.
Semua sirup gula invert diciptakan dari hydrolysing sukrosa menjadi glukosa ( dekstrosa ) dan fruktosa dengan memanaskan larutan sukrosa, kemudian mengandalkan waktu saja, dengan katalitik sifat asam atau enzim digunakan untuk mempercepat reaksi. Komersial larutan asam disusun katalis dan dinetralkan ketika tingkat inversi yang diinginkan tercapai.

       Daya simpan gula invert memiliki kadar air lebih rendah dari pada sukrosa sehingga daya simpan produk yang menggunakan gula invert sebagai bahan baku, lebih lama.
Daya simpan gula invert parsial adalah sekitar enam bulan, tergantung pada penyimpanan dan kondisi iklim. solusi inversi gula Crystallised mungkin dikembalikan ke keadaan cair mereka dengan lembut pemanasan.

Contoh:
* Gula-gula
* Madu adalah campuran (terutama) dari glukosa dan fruktosa, memberikan sifat yang mirip dengan sirup invert. Ini memberi kemampuan untuk tetap cair untuk jangka waktu yang lama.
* Jam, ketika dibuat, memproduksi gula invert selama pemanasan yang ekstensif di bawah aksi asam dalam buah.
* Sirup Golden adalah sirup sirup 56% invert sekitar, 44% sukrosa
* Fondant untuk mengisi cokelat adalah unik dalam bahwa enzim konversi ditambahkan, namun tidak diaktifkan sebelum pengisian enrobed dengan coklat.Sangat kental (dan dengan demikian formable) mengisi kemudian menjadi kurang kental dengan waktu, memberikan konsistensi kental yang diinginkan.

Luff Schoorl
Penentuan kadar glukosa dilakukan dengan cara menganalisis sampel melalui pendekatan proksimat. Terdapat beberapa jenis metode yang dapat dilakukan untuk menentukan kadar gula dalam suatu sampel. Salah satu metode yang paling mudah pelaksanaannya dan tidak memerlukan biaya mahal adalah metode Luff Schoorl. Metode Luff Schoorl merupakan metode yang digunakan untuk menentukan kandungan gula dalam sampel. Metode ini didasarkan pada pengurangan ion tembaga (II) di media alkaline oleh gula dan kemudian kembali menjadi sisa tembaga. Ion tembaga (II) yang diperoleh dari tembaga (II) sulfat dengan sodium karbonat di sisa alkaline pH 9,3-9,4 dapat ditetapkan dengan metode ini. Pembentukan (II)-hidroksin dalam alkaline dimaksudkan untuk menghindari asam sitrun dengan penambahan kompleksierungsmittel. Hasilnya, ion tembaga (II) akan larut menjadi tembaga (I) iodide berkurang dan juga oksidasi iod menjadi yodium. Hasil akhirnya didapatkan yodium dari hasil titrasi dengan sodium hidroksida (Anonim 2010).

Gula Pereduksi
Gula pereduksi yaitu monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa dapat ditunjukkan dengan pereaksi Fehling atau Benedict menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). selain pereaksi Benedict dan Fehling, gula pereduksi juga bereaksi positif dengan pereaksi Tollens (Apriyanto et al 1989). Penentuan gula pereduksi selama ini dilakukan dengan metode pengukuran konvensional seperti metode osmometri, polarimetri, dan refraktrometri maupun berdasarkan reaksi gugus fungsional dari senyawa sakarida tersebut (seperti metode Luff-Schoorl, Seliwanoff, Nelson-Somogyi dan lain-lain). Hasil analisisnya adalah kadar gula pereduksi total dan tidak dapat menentukan gula pereduksi secara individual. Untuk menganalisis kadar masing-masing dari gula pereduksi penyusun madu dapat dilakukan dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCTK). Metode ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain dapat digunakan pada senyawa dengan bobot molekul besar dan dapat dipakai untuk senyawa yang tidak tahan panas (Gritter et al 1991 dalam Swantara 1995).
Alkalis. Dengan larutan glukosa 1%, peraksi Fehling menghasilkan endapan berwarna merah bata, sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1% endapan yang terjadi berwarna hijau kekuningan. (McGilvery@Goldstein, 1996).




Kamis, 07 Maret 2013

RINGKASAN MATERI KARBOHIDRAT



DEFINISI KARBOHIDRAT 
      Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau keton dengan rumus empirik (CH2O)n, dapat diubah menjadi aldehida dan keton dengan cara hidrolisis, disusun oleh dua sampai delapan monosakarida yang dirujuk sebagai oligosakarida. Karbohidrat tersebar luas baik dalam jaringan hewan maupun jaringan tumbuh-tumbuhan. Dalam tumbuh-tumbuhan, karbohidrat dihasilkan oleh fotosintesis dan mencakup selulosa serta pati. Pada jaringan hewan, karbohidrat berbentuk glukosa dan glikogen. Fungsi karbohidrat yaitu, untuk sumber energi, pemanis pada makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme lemak, penawar racun, baik untuk yang terkena konstipasi (sembelit), dan masih banyak lagi manfaat-manfaat yang lainnya. 
     Pada umumnya karbohidrat merupakan zat padat berwarna putih yang sukar larut dalam pelarut organik tetapi larut dalam air (kecuali beberapa polisakarida).

Klasifikasi Karbohidrat:
A. Monosakarida
Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih sederhana. Monosakarida meliputi glukosa, galaktosa, fruktosa, manosa, dan lain-lain.

1. Glukosa
Glukosa merupakan suatu aldoheksosa, disebut juga dekstrosa karena memutar bidang polarisasi ke kanan. Glukosa merupakan komponen utama gula darah, menyusun 0,065- 0,11% darah kita.
Glukosa dapat terbentuk dari hidrolisis pati, glikogen, dan maltosa. Glukosa sangat penting bagi kita karena sel tubuh kita menggunakannya langsung untuk menghasilkan energi. Glukosa dapat dioksidasi oleh zat pengoksidasi lembut seperti pereaksi Tollens sehingga sering disebut sebagai gula pereduksi.

D-glukosa

β-D-glukosa

α-D-glukosa

2. Galaktosa
Galaktosa merupakan suatu aldoheksosa. Monosakarida ini jarang terdapat bebas di alam. Umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa mempunyai rasa kurang manis jika dibandingkan dengan glukosa dan kurang larut dalam air. Seperti halnya glukosa, galaktosa juga merupakan gula pereduksi.

D-galaktosa

β-D-galaktosa

α-D-galaktosa

3. Fruktosa
Fruktosa adalah suatu heksulosa, disebut juga levulosa karena memutar bidang polarisasi ke kiri. Merupakan satu-satunya heksulosa yang terdapat di alam.  Fruktosa merupakan gula termanis, terdapat dalam madu dan buah-buahan bersama glukosa.
Fruktosa dapat terbentuk dari hidrolisis suatu disakarida yang disebut sukrosa. Sama seperti glukosa, fruktosa adalah suatu gula pereduksi.

(a)

(b)
Struktur fruktosa: (a) struktur terbuka (b) struktur siklis


 
B. Disakarida
Disakarida adalah karbohidrat yang tersusun dari 2 molekul monosakarida, yang dihubungkan oleh ikatan glikosida. Ikatan glikosida terbentuk antara atom C 1 suatu monosakarida dengan atom O dari OH monosakarida lain. Hidrolisis 1 mol disakarida akan menghasilkan 2 mol monosakarida. Berikut ini beberapa disakarida yang banyak terdapat di alam. 

1. Maltosa
Maltosa adalah suatu disakarida dan merupakan hasil dari hidrolisis parsial tepung (amilum). Maltosa tersusun dari molekul α-D-glukosa dan β-D-glukosa.

Struktur maltosa
Dari struktur maltosa, terlihat bahwa gugus -O- sebagai penghubung antarunit yaitu menghubungkan C 1 dari α-D-glukosa dengan C 4 dari β-D-glukosa. Konfigurasi ikatan glikosida pada maltosa selalu α karena maltosa terhidrolisis oleh α-glukosidase. Satu molekul maltosa terhidrolisis menjadi dua molekul glukosa. 

2.Sukrosa
Sukrosa terdapat  dalam gula tebu dan gula bit. Dalam kehidupan sehari-hari sukrosa dikenal dengan gula pasir. Sukrosa tersusun oleh molekul glukosa dan fruktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,2 –α.

Struktur sukrosa
 


Sukrosa terhidrolisis oleh enzim invertase menghasilkan α-D-glukosa dan β-D-fruktosa. Campuran gula ini disebut gula inversi, lebih manis daripada sukrosa.
Jika kita perhatikan strukturnya, karbon anomerik (karbon karbonil dalam monosakarida) dari glukosa maupun fruktosa di dalam air tidak digunakan untuk berikatan sehingga keduanya tidak memiliki gugus hemiasetal.
Akibatnya, sukrosa dalam air tidak berada dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehid atau keton sehingga sukrosa tidak dapat dioksidasi. Sukrosa bukan merupakan gula pereduksi.





3.Laktosa
Laktosa adalah komponen utama yang terdapat pada air susu ibu dan susu sapi. Laktosa tersusun dari molekul  β-D-galaktosa dan α-D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,4'-β.
Struktur laktosa
Hidrolisis dari laktosa dengan bantuan enzim galaktase yang dihasilkan dari pencernaan, akan memberikan jumlah ekivalen yang sama dari α-D-glukosa dan β-D-galaktosa. Apabila enzim ini kurang atau terganggu, bayi tidak dapat mencernakan susu. Keadaan ini dikenal dengan penyakit galaktosemia yang biasa menyerang bayi. 

C. Polisakarida
Polisakarida merupakan polimer monosakarida, mengandung banyak satuan monosakarida yang dihubungkan oleh ikatan glikosida. Hidrolisis lengkap dari polisakarida akan menghasilkan monosakarida. Glikogen dan amilum merupakan polimer glukosa. Berikut beberapa polisakarida terpenting.

1. Selulosa
Selulosa merupakan polisakarida yang banyak dijumpai dalam dinding sel pelindung seperti batang, dahan, daun dari tumbuh-tumbuhan. Selulosa merupakan polimer yang berantai panjang dan tidak bercabang. Suatu molekul tunggal selulosa merupakan polimer rantai lurus dari 1,4’-β-D-glukosa. Hidrolisis selulosa dalam HCl 4% dalam air menghasilkan D-glukosa.
Struktur selulosa
     Dalam sistem pencernaan manusia terdapat enzim yang dapat memecahkan ikatan α-glikosida, tetapi tidak terdapat enzim untuk memecahkan ikatan β-glikosida yang terdapat dalam selulosa sehingga manusia tidak dapat mencerna selulosa. Dalam sistem pencernaan hewan herbivora terdapat beberapa bakteri yang memiliki enzim β-glikosida sehingga hewan jenis ini dapat menghidrolisis selulosa. Contoh hewan yang memiliki bakteri tersebut adalah rayap, sehingga dapat menjadikan kayu sebagai makanan utamanya. Selulosa sering digunakan dalam pembuatan plastik. Selulosa nitrat digunakan sebagai bahan peledak, campurannya dengan kamper menghasilkan lapisan film (seluloid).

2. Pati / Amilum
Pati terbentuk lebih dari 500 molekul monosakarida. Merupakan polimer dari glukosa. Pati terdapat dalam umbi-umbian sebagai cadangan makanan pada tumbuhan. Jika dilarutkan dalam air panas, pati dapat dipisahkan menjadi dua fraksi utama, yaitu amilosa dan amilopektin. Perbedaan terletak pada bentuk rantai dan jumlah monomernya.
Amilosa adalah polimer linier dari α-D-glukosa yang dihubungkan dengan ikatan 1,4-α. Dalam satu molekul amilosa terdapat 250 satuan glukosa atau lebih. Amilosa membentuk senyawa kompleks berwarna biru dengan iodium. Warna ini merupakan uji untuk mengidentifikasi adanya pati.

Struktur amilosa
Molekul amilopektin lebih besar dari amilosa. Strukturnya bercabang. Rantai utama mengandung α-D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,4'-α. Tiap molekul glukosa pada titik percabangan dihubungkan oleh ikatan 1,6'-α.
Struktur amilopektin
Hidrolisis lengkap pati akan menghasilkan D-glukosa. Hidrolisis dengan enzim tertentu akan menghasilkan dextrin dan maltosa.

  
Ada beberapa metode uji kualitatif karbohidrat : 

1. Uji Molisch
     Adalah uji untuk membuktikan adanya karbohidrat. Uji ini efektif untuk berbagai senyawa yang dapat di dehidrasi menjadi furfural atau substitusi furfural oleh asam sulfat pekat. Senyawa furfural akan membentuk kompleks dengan α-naftol yang dikandung pereaksi Molisch dengan memberikan warna ungu pada larutan.

2. Uji Benedict
    Adalah uji untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Gula pereduksi adalah gula yang mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai menjadi sedikitnya dua buah monosakarida. Karateristiknya tidak bisa larut atau bereaksi secara langsung dengan Benedict, contohnya semua golongan monosakarida, sedangkan gula non pereduksi struktur gulanya berbentuk siklik yang berarti bahwa hemiasetal dan hemiketalnya tidak berada dalam kesetimbangannya, contohnya fruktosa dan sukrosa. Dengan prinsip berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata. Untuk menghindari pengendapan CuCO3 pada larutan natrium karbonat (reagen Benedict), maka ditambahkan asam sitrat. Larutan tembaga alkalis dapat direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau monoketon bebas, sehingga sukrosa yang tidak mengandung aldehid atau keton bebas tidak dapat mereduksi larutan Benedict.

3. Hidrolisis Pati
      Untuk mengidentifikasi hasil hidrolisis amilum digunakan larutan amilum 1%, larutan iodium, pereaksi Benedict, larutan HCl 2 N, Larutan NaOH 2%. Amilum ditambahkan dengan HCl lalu dipanaskan. Dilakukan uji iodium setiap 3 menit hingga warnanya berubah jadi kuning pucat. Kemudian larutan dihidrolisis lagi selama 5 menit lalu didinginkan dan dinetralkan dengan NaOH 2%,. Lalu diuji dengan pereaksi Benedict.

4. Uji Barfoed

   Adalah uji untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan mengontrol kondisi pH serta waktu pemanasan. Prinsipnya berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+. Reagen Barfoed mengandung senyawa tembaga asetat.

5. Uji Seliwanoff

   Prinsipnya berdasarkan konversi fruktosa menjadi asam levulinat dan hidroksimetil furfural oleh asam hidroklorida panas dan terjadi kondensasi hidroksimetilfurfural dengan resorsinol yang menghasilkan senyawa berwarna merah, reaksi ini spesifik untuk ketosa. Sukrosa yang mudah dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa akan memberikan reaksi positif dengan uji seliwanoff yang akan memberikan warna jingga pada larutan. 5. Uji Hidrolisis Pati
Pati dan iodium membentuk ikatan kompleks berwarna biru. Pati dalam suasana asam bila dipanaskan dapat terhidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana, hasilnya diuji dengan iodium yang akan memberikan warna biru sampai tidak berwarna dan hasil akhir ditegaskan dengan uji Benedict. 

6. Uji Iodium
    Karbohidrat golongan polisakarida akan memberikan reaksi dengan larutan   iodine  dan  memberikan  warna  spesifik  bergantung  pada  jenis karbohidratnya.  Amilose  dengan  iodine akan  berwarna  biru,  amilopektin dengan iodine akan berwarna merah violet, glikogen maupun dextrin dengan iodine akan berwarna coklat.
Uji ini dilakukan untuk menentukan polisakarida. Larutan uji dicampurkan dengan larutan iodium. Hasil positif ditandai dengan amilum dengan iodium berwarna biru, dan dekstrin dengan iodium berwarna merah anggur.

 7. Uji Osazon
     Semua karbohidrat yang mempunyai gugus aladehida atau keton bebas membentuk hidrazon atau osazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazin berlebih. Osazon yang terjadi mempunyai bentuk kristal dan titik lebur yang spesifik. Osazon dari disakarida larut dalam air mendidih dan terbentuk kembali bila didinginkan. Namun, sukros tidak membentuk osazon karena gugus aldehida atau keton yang terikat pada monomernya sudah tidak bebas.  Sebaliknya, osazon monosakarida tidak larut dalam air mendidih.

8. Uji Asam Musat
       Dilakukan untuk membedakan antara glukosa dan galaktosa. Larutan uji dicampurkan dengan HNO3 pekat kemudian dipanaskan. Karbohidrat dengan asam nitrat pekat akan menghasilkan asam yang dapat larut. Namun, laktosa dan galaktosa menghasilkan asam musat yang dapat larut.

9. Hidrolisis Sukrosa
       Untuk mengidentifikasi hasil hidrolisis sukrosa digunakan larutan sukrosa 1%, pereaksi Benedict, pereaksi Seliwanoff, pereaksi Barfoed, larutan HCl pekat, larutan NaOH 2% sebagai bahannya. larutan sukrosa ditambahkan dengan HCl pekat lalu dipanaskan selama 45 menit. Setelah didinginkan dinetralkan dengan NaOH 2%. Lalu diuji dengan pereaksi Benedict, Seliwanoff, dan Barfoed.




Template by:

Free Blog Templates